Sebagai peserta
didik, tentu Anda pernah membaca koran, majalah atau buletin. Biasanya redaktur
membuat suatu artikel yang membahas suatu berita yang bersifat aktual,
fenomenal dan kontroversial. Artikel tersebut dikenal dengan nama editorial
atau tajuk rencana.
Editorial/tajuk
rencana merupakan
tulisan yang berisi suatu pokok permasalahan yang paling aktual, fenomenal, kontroversial dan menjadi berita utama di beberapa media massa. Teks editorial adalah artikel yang (umumnya) ditulis oleh pimpinan redaksi atau redaktur dari media massa yang merupakan pandangan
redaksi terhadap suatu peristiwa paling aktual, fenomenal, kontroversial . Teks editorial dapat
diasumsikan sebagai sikap institusi media massa terhadap suatu peristiwa yang
dibahas.
Tujuan editorial yaitu untuk memberi suatu gambaran
tentang pokok
permasalahan yang telah diberitakan pada hari-hari yang lalu dan kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, editorial pada umumnya berisi kesimpulan sementara suatu
pokok permasalahan beserta prediksi dan harapan penyelesaiannya.
Membaca editorial sangat bermanfaat. Dengan
membaca teks editorial, kita
mendapatkan suatu gambaran tentang pokok permasalahan yang mungkin terlewatkan dan tidak sempat kita baca pada hari-hari yang lalu,
sekaligus kita akan mendapatkan gambaran perkembangan pokok permasalahan tersebut selanjutnya.
Dalam
perkembangannya, editorial tidak hanya terdapat di media cetak (koran dan
majalah). Kini editorial juga terdapat di media eletronik (televisi) dan media on-line, dengan tampilan yang lebih
menarik.
Pada kegiatan belajar
kali ini, Anda akan belajar mengidentifikasi informasi, menyeleksi ragam
informasi, menganalisis struktur dan kaidah kebahasan teks editorial. Dan Anda
diharapkan bisa merancang teks editorial dengan memerhatikan struktur dan unsur
kebahasan.
Untuk membatu kamu
agar lebih mudah memahami kompetensi berbahasa, perhatikan peta konsep berikut!
Opini dalam Teks Editorial · mengidentifikasi isi teks editorial · membedakan fakta dan opini teks editorial · menentukan isu aktual dari berbagai media · menyampaikan pendapat terhadap isu aktual
dilengkapi argumen pendukung · menganalisis struktur teks editorial · menganalisis kaidah kebahasaan teks editorial · menyusun argumen atau pendapat berdasarkan isu aktual · menyusun saran berdasarkan isu aktual · menulis teks editorial dengan memerhatikan
struktur dan kaidah kebahasaan Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Editorial Menyeleksi
Ragam Informasi Sebagai Bahan Menyusun Teks Editorial Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Editorial Merancang Teks Editorial
A. Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Editorial
Setelah
mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: |
· mengidentifikasi isi teks editorial; · membedakan fakta dan opini teks editorial |
KEGIATAN 1 |
Mengidentifikasi
Isi Teks Editorial
Dilihat dari
isinya, teks editorial bersifat ekspositoris dengan stuktur yang diawali dengan
tesis
(yaitu pengenalan isu, masalah ataupun pandangan penulis secara umum tentang
topik yang akan dibahas) kemudian argumentasi (merupakan rangkaian
pendapat atau argumen penulis sebagai penjelas dari tesis yang disampaikan
sebelumnya) dan diakhiri dengan penegasan ulang (perumusan kembali
secara ringkas bagian ini adalah simpulan atau penutup editorial). Ketiga unsur
tersebut harus ada dalam teks editorial.
Untuk dapat
mengetahui isi informasi dalam teks editorial, bacalah teks editorial berikut!
Sekali Lagi Soal Data Warga https://kompas.id/baca/opini/2018/12/28/sekali-lagi-soal-data-warga/ Untuk
urusan data harus diakui, negeri ini masih butuh perhatian. Bukan hanya ada
beragam urusan yang datanya tiada, tetapi ada data antarlembaga yang saling
silang. Urusan
perekaman data kependudukan yang sangat penting dan strategis masih bersoal
pula. Seperti dilaporkan harian ini, perekaman data kartu tanda penduduk
elektronik di lima provinsi, dari 34 provinsi di negeri ini, di bawah
rata-rata nasional. Pendataan di daerah itu menjadi prioritas pemerintah (Kompas, 27/12/2018). Menurut
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam
Negeri, rata-rata perekaman data KTP-el secara nasional mencapai 97,5 persen.
Lima provinsi yang masih di bawah rata-rata nasional adalah Papua (41,24
persen), Papua Barat (64,65 persen), Sulawesi Barat (78,06 persen), Maluku
(80,52 persen), dan Maluku Utara (80,73 persen). Minimnya
perekaman data kependudukan itu karena berbagai alasan, seperti kerusakan
alat perekam data, kondisi geografis yang sulit dicapai, dan kurangnya
kesadaran masyarakat. Dari
sisi jumlah, lima provinsi yang rata-rata perekaman data kependudukannya di
bawah rata-rata nasional itu memang kecil, kurang dari 14,7 persen. Kita juga
masih bisa memahami bahwa kondisi geografis yang sulit dijangkau menjadi
alasan lambatnya perekaman data KTP-el. Namun,
kerusakan alat yang berakibat pada lambatnya perekaman data semestinya sudah
bisa diantisipasi dan diatasi segara sehingga tidak berdampak besar. Apalagi,
saat ini bangsa kita memasuki tahun politik menjelang pemilu serentak.
Persoalan data kependudukan bisa menjadi soal pelik dan dapat berujung pada
persoalan hukum. Banyak sengketa terkait kontestasi, baik pemilu maupun
pemilihan kepala daerah, berawal dari persoalan data kependudukan. Potensi
sengketa Pemilu 2019, baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif, sekecil
apa pun harus diantisipasi dan dihindari sehingga tak menggerus legitimasi
dari hasil pemilu mendatang. Kalau
masih ada warga yang tak sadar pentingnya perekaman data kependudukan itu,
jika masih memungkinkan, mereka didekati dan dipersuasi sehingga bisa segera
terdata. Jika
tetap membandel bisa diingatkan, Pasal 39 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997
tentang Statistik menegaskan, setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa
alasan yang sah mencegah, menghalangi, atau menggagalkan penyelenggaraan
statistik oleh penyelenggara kegiatan statistik dasar atau sektoral bisa
dipidana penjara paling lama 5 tahun dan dikenai denda paling banyak Rp 100
juta. Perekaman data KTP-el bisa diartikan secara luas sebagai kegiatan
statistik karena akan menghasilkan data. Dalam
rapat koordinasi Badan Pusat Statistik (BPS), November lalu di Yogyakarta,
terungkap bahwa data kependudukan yang dimiliki BPS, penyelenggara pemilu,
dan Kemendagri berselisih sekitar 300.000 jiwa. Angka ini bukan jumlah yang sedikit.
BPS pun akan menggelar Sensus Penduduk 2020. Data
yang diperoleh dengan pengukuran yang benar penting bagi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi berbagai aspek kehidupan. Apalagi pada
era pertarungan data dan digital seperti saat ini. Pendiri Microsoft, Bill
Gates, mengingatkan pentingnya data untuk meningkatkan kemanusiaan. Sumber
Kompas 28 Desember 2018 |
LATIHAN |
Untuk mengetahui kemampuan Anda tentang pemahaman
bacaan, setelah membaca teks editorial tersebut, kerjakan latihan berikut!
1.
Tuliskan kembali judul teks editorial
yang Anda baca!
2.
Rumuskan dengan kalimat baru tentang
pemahaman Anda terhadap judul teks editorial tersebut!
3.
Temukan gagasan utama tiap paragraf pada
teks editorial tersebut!
4.
Tentukan paragraf-paragraf yang berupa
pernyataan umum (tesis), argumentasi dan penegasan ulang dalam teks editorial
tersebut!
5.
Apa saja fakta-fakta yang diungkap dalam
teks editorial tersebut?
6.
Apa yang menjadi opini redaktur atas
fakta tersebut?
7.
Bagaimana sikap redaksi terhadap
peristiwa tersebut? Mendukung, netral atau menolak?
8.
Siapa pihak yang dituju dalam teks
editorial tersebut?
9.
Bagaimana saran atau rekomendasi redaksi
terhadap pihak yang dituju dalam teks editorial tersebut?
10.
Bagaimana tanggapan ada terhadap
peristiwa yang diungkap dalam teks editorial tersebut?
TUGAS |
1.
Cari dan bacalah teks editorial dari suatu media massa yang bersifat nasional!
2. Ujilah kemampuanmu dengan soal-soal latihan di atas!
3. Bandingkan dari berbagai sudut pandang antarteks editorial di media
massa dengan teks editorial “Sekali Lagi
Soal Data Warga”!
KEGIATAN 2 |
Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial.
Pada pembelajaran yang lalu, Anda telah memahami pengertian teks editorial
atau tajuk rencana.
Seorang penulis editorial,
berusaha untuk mengulas kembali fakta dan pendapat pokok berita yang sedang ramai diperbincangkan masyarakat.
Selain mengulas kembali, seorang penulis editorial berusaha untuk menganalisis, mempertanyakan, dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya. Pada umumnya penulis akan memposisikan sebagai
pengamat dari sudut pandang tertentu.
Oleh sebab itu, jika membaca teks editorial Anda
harus dapat membedakan
pernyataan-pernyataan yang berbentuk fakta, dengan pernyataan-pernyataan
yang berbentuk opini. Selain itu, Anda harus dapat memahami sudut
pandang penulis dalam mengulas dan menyimpulkan apa yang ia uraikan dalam teks editorial tersebut. Hal ini sangat penting agar Anda tidak mudah tergiring dalam kesimpulan-kesimpulan suatu teks editorial yang pada umumnya bersifat sementara.
Pada pembelajaran kali ini Anda diharapkan mampu menentukan pernyataan-pernyataan yang
berbentuk fakta, yaitu hal, keadaan, peristiwa atau sesuatu yang benar-benar terjadi atau sudah terjadi.
Dengan kata lain, fakta adalah sesuatu yang sulit dibantah atau sesuatu yang
tidak bisa dibantah. Berikut ini contoh pernyataan yang berbentuk fakta yang
terdapat dalam teks editorial “Sekali
Lagi Soal Data Warga”:
1.
Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kementerian Dalam Negeri, rata-rata perekaman data KTP-el secara nasional
mencapai 97,5 persen.
2.
Lima provinsi yang masih di bawah rata-rata nasional
adalah Papua (41,24 persen), Papua Barat (64,65 persen), Sulawesi Barat (78,06
persen), Maluku (80,52 persen), dan Maluku Utara (80,73 persen).
Selain itu Anda
diharapkan mampu menentukan pernyataan-pernyataan yang berupa opini atau pendapat redaksi, yaitu pernyataan yang harus dikaji kembali
kebenarannya karena dalam menanggapi suatu peristiwa yang sama, akan timbul berbagai
pendapat yang sifatnya beragam. Opini dalam teks editorial dapat berupa penilaian, kritik, prediksi, harapan, dan
saran penyelesaian masalah. Berikut ini pernyataan yang berbentuk opini
yang terdapat dalam teks editorial “Sekali
Lagi Soal Data Warga”:
Kritik |
Urusan perekaman
data kependudukan yang sangat penting dan strategis masih bersoal pula. |
Penilaian |
Untuk urusan data
harus diakui, negeri ini masih butuh perhatian. Bukan hanya ada beragam urusan
yang datanya tiada, tetapi ada data antarlembaga yang saling silang. |
Prediksi |
Namun, kerusakan
alat yang berakibat pada lambatnya perekaman data semestinya sudah bisa
diantisipasi dan diatasi segara sehingga tidak berdampak besar |
Harapan |
Potensi sengketa
Pemilu 2019, baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif, sekecil apa pun
harus diantisipasi dan dihindari sehingga tak menggerus legitimasi dari hasil
pemilu mendatang |
Saran |
Kalau masih ada
warga yang tak sadar pentingnya perekaman data kependudukan itu, jika masih
memungkinkan, mereka didekati dan dipersuasi sehingga bisa segera terdata. |
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, fakta adalah
sesuatu yang menjadi dasar seseorang untuk menyampaikan opini, sedangkan opini
membutuhkan fakta sebagai landasan untuk memperkuat opini.
LATIHAN |
Untuk mengetahui kemampuan Anda dalam membedakan fakta
dan opini dalam teks editorial, bacalah teks editorial berikut!
Tiada Lagi Etika dan Empati https://kompas.id/baca/utama/2019/01/03/tiada-lagi-etika-dan-empati/ Korupsi di negeri ini, pada masa lalu, terjadi karena
penyelenggara negara dinilai tidak memiliki rasa malu. Namun, kini lebih
buruk lagi, tak ada lagi empati dan etika. Ketiadaan etika dan empati, khususnya pada penyelenggara
negara, itu terasa saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan delapan
tersangka kasus suap dalam lelang proyek infrastruktur air bersih di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dugaan korupsi itu pun
terjadi pada proyek pengadaan sistem penyediaan air minum di wilayah bencana
Palu-Donggala, Sulawesi Tengah (Kompas,
31/12/2018). Padahal, belum kering air mata bangsa ini saat lebih dari
1.943 warga tewas di Palu, Donggala, dan sekitarnya terkena gempa, tsunami,
dan likuefaksi. Seperti diberitakan harian ini, 14 November 2018, tak kurang
dari 2.765 jiwa hilang pula. Pada 2018, bencana terjadi juga di Nusa Tenggara
Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, DI
Yogyakarta, dan Sumatera Barat. Kalau dana untuk membangun kebutuhan dasar warga di Sulteng
dikorupsi, mungkin saja dana untuk penanggulangan bencana, proyek pembangunan
pascabencana, atau bantuan bagi korban bencana dicuri pula. Data Kompas menunjukkan,
misalnya dana bantuan bagi korban gempa di Liwa, Lampung, tahun 1994
dikorupsi. Sejak tahun 2002 dana penanggulangan bencana dan bantuan bagi
korban bencana di sejumlah daerah disunat pula. Sejumlah pejabat publik di
Papua, Jateng, Jabar, Sumut, Sulut, Aceh, dan Riau pun harus berhadapan
dengan pengadilan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Kondisi itulah yang disebutkan oleh Guru Besar Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Azyumardi Azra, sebagai hilangnya
empati dan etika di kalangan pejabat publik. Mereka bukan hanya tidak malu
mengambil uang negara yang diperuntukkan membantu rakyat yang menjadi korban
bencana, tetapi tak mempunyai hati lagi untuk melindungi warga yang
seharusnya dilayani. Air bersih untuk korban bencana di Palu, Donggala, atau
daerah lain merupakan kebutuhan dasar. Penyelenggara negara, aparatur sipil
negara yang harus melayani dan melindungi warga, justru jadi pencuri uang
negara. Penyimpangan dana bencana ini berulang kali terjadi. Korban bencana itu mungkin saja merupakan keluarga atau
kenalan pejabat publik atau pengusaha yang disangka terlibat korupsi. Di mana
nurani mereka? Padahal, Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menegaskan,
pejabat legislatif, eksekutif, atau yudikatif harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya dengan baik; bertanggung jawab kepada masyarakat, bangsa, dan
negara; serta jujur, adil, terbuka, tepercaya, dan bebas dari KKN. Jika pesan
rakyat melalui MPR itu tak diindahkan, penegak hukum bisa memakai
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. UU itu menyatakan, mereka yang melakukan korupsi saat negara krisis,
korupsi terkait bencana alam, dan korupsi yang berulang bisa dituntut hukuman
mati! Sumber Kompas 3 Januari 2019 |
Setelah membaca teks editorial tersebut, kerjakan latihan
berikut!
1.
Datalah fakta-fakta yang terdapat dalam
teks editorial “Tiada Lagi Etika dan
Empati”!
2.
Data juga kalimat yang berupa opini
dalam teks editorial “Tiada Lagi Etika
dan Empati”! berdasarkan isinya (kritik, penilaian, prediksi, harapan dan
saran)!
3.
Tuliskan hasil indentifikasi kalimat
fakta dan opini tersebut pada tabel berikut (buatlah di buku tugas)!
Tabel Identifikasi Fakta dan Opini
Kalimat
Fakta |
Kalimat
Opini / Argumen |
||||
Kritik |
Penilaian |
Prediksi |
Harapan |
Saran |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Menyeleksi Ragam Informasi sebagai Bahan Menyusun Teks
Editorial
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: |
· menentukan isu aktual dari berbagai media (cetak,
elektronik, internet); · menyampaikan pendapat terhadap isu aktual dilengkapi
argumen pendukung (data dan alasan yang logis) |
Pada pembelajaran sebelumnya, Anda sudah mengetahui bahwa editorial
adalah sebuah artikel yang membahas suatu hal atau peristiwa yang aktual,
fenomenal dan kontroversial. Dalam hal ini penulis editorial memulainya dengan
mendata peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat baik level
nasional maupun internasional, kemudian peristiwa-peristiwa tersebut diidentifikasi
berdasarkan keaktualannya, fenomenalnya dan tingkat kontroversialnya. Jika
ketentuan-ketentuan tersebut sudah terpenuhi, maka teks editorial dapat dibuat
oleh redaktur.
Penentuan peristiwa yang dibahas dalam teks editorial turut menentukan
tingkat ketertarikan pembaca terhadap editorial. Hal ini yang harus
diperhatikan jika redaktur ingin menulis editorial. Peristiwa atau isu-isu yang
dibahas dalam teks editorial harus bisa menjadi landasan dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan solusi yang dapat
ditawarkan.
KEGIATAN 1 |
Menentukan Isu
Aktual dari Berbagai Media Informasi
Syarat
untuk menulis editorial antara lain, peristiwa atau isu yang diungkap bersifat
aktual, fenomenal dan kontroversial. Peristiwa-peristiwa tersebut biasanya
muncul menjadi berita utama suatu surat kabar, radio atau televisi.
Yang
dimaksud peristiwa (berita) aktual adalah peristiwa tersebut sedang menjadi
bahan pembicaraan orang banyak. Yang disebut peristiwa fenomenal adalah
peristiwa yang luar biasa, biasanya tidak hanya diulas oleh satu media.
Sedangkan peristiwa yang kontroversial adalah peristiwa yang mengundang
perdebatan atau polemik dalam masyarakat. Jika diungkap dalam surat kabar,
salah satu indikator suatu peristiwa dalam masyarakat menimbulkan polemik
ditandai dengan munculnya opini, jika
muncul di radio atau televisi biasanya muncul dalam bentuk diskusi, debat atau
konferensi.
Berikut ini disajikan dua buah berita yang mengangkat isu yang sama dari
dua media massa. Isu tersebut juga diangkat oleh beberapa media massa. Dapat
dikatakan bahwa isu tersebut sudah bersifat aktual, fenomenal dan
kontroversial.
LATIHAN |
Untuk mengetahui kemampuan Anda dalam memahami materi ini, kerjakan
soal-soal latihan berikut!
1. Bacalah
dua teks berita berikut dengan saksama!
2.
Peristiwa apa saja yang diungkap dalam dua teks berita
tersebut!
3.
Sebutkan fakta-fakta yang terdapat dalam dua teks
berita tersebut!
4.
Berdasarkan peristiwa yang terjadi dan fakta-fakta
yang terdata, ungkaplah isu aktual dari dua teks berita tersebut!
Teks berita 1
Lion Air Jatuh, Menhub Akan Evaluasi
Internal dan Maskapai Menteri Perhubungan Budi Karya mendatangi
lokasi evakuasi di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, JITC II, Jakarta Utara
pada Selasa (30/10). Dirinya meninjau langsung apa saja yang ditemukan para
tim evakuasi. Sebelumnya Budi juga menemani Presiden Joko
Widodo yang juga meninjau langsung proses pencarian korban dan badan pesawat
Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Terkait dengan kecelakaan yang melibatkan
pesawat Lion Air ini, Budi mengaku akan melakukan evaluasi kepada pihak
internal dari Kementerian Perhubungan dan maskapai penerbangan. "Tapi apapun, kejadian ini sangat
penting. Dan harus saya evaluasi. Baik internal dari Perhubungan, maupun apa
yang terjadi di Airline," tegas Budi, Selasa (30/10). Menurut Budi Karya, evaluasi terhadap
seluruh instansi terkait, dan maskapai penerbangan, adalah hal yang sangat
penting untuk dilakukan. "Hal ini penting karena apa? Penerbangan dunia
aviasi begitu penting bagi Indonesia," ungkap Budi. Sementara dirinya mengaku hal ini menjadi
PR yang harus dikerjakan. Mengingat sudah ratusan ribu orang yang telah
diberangkatkan oleh maskapai penerbangan di Indonesia. Budi mempunyai kewenangan dalam memberikan
sanksi kepada pihak maskapai penerbangan terkait. Namun enggan berkomentar
terkait apa yang harus diberikannya. "Ada (sanksi)," jawab
Budi singkat. Pada kesempatan itu, Budi menjelaskan bahwa
saat ini kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia semakin berkurang.
"Kalau dilihat dari apa yang kami lakukan sekarang ini, dengan
performance meningkat, kejadian menurun. Sebenarnya tanpa bermaksud
apa-apa," jelasnya. sumber:
https://www.jawapos.com/nasional/30/10/2018/lion-air-jatuh-menhub-akan-evaluasi-internal-dan-maskapai |
Teks berita 2
KNKT: Lion Air PK-LQP Alami 6 Masalah
Sebelum Jatuh Pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di
perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018, ternyata
bermasalah sejak tiga hari sebelumnya. Dalam tiga hari, ada enam masalah yang
dialami pesawat itu. Hal ini diketahui Komite Nasional
Keselamatan Transportasi ( KNKT) berdasarkan data perawatan pesawat. "Dari data perawatan pesawat, sejak
tanggal 26 Oktober, tercatat ada enam masalah atau enam gangguan yang
tercatat di pesawat ini," kata Ketua Subkomite Investigasi KNKT Nurcahyo Utomo saat merilis temuan awal
jatuhnya pesawat, di Kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (28/11/2018).
Nurcahyo mengatakan, enam masalah yang terjadi itu berkaitan dengan masalah
indikator kecepatan dan ketinggian pesawat. Baca juga: KNKT Sewa Kapal untuk
Pencarian CVR Lion Air PK-LQP Masalah itu masih terus terjadi sampai
penerbangan terakhir sebelum pesawat jatuh, yakni pada rute Denpasar-Jakarta
pada 28 Oktober. Hingga akhirnya, pesawat jenis Boeing 737 Max 8 itu jatuh di
perairan Karawang saat menempuh rute Jakarta-Pangkal Pinang. "Ini yang
tercatat dalam buku perawatan pesawat," kata Nurcahyo. Nurcahyo mengatakan, temuan yang
disampaikan KNKT hari ini merupakan laporan awal, yakni laporan yang didapat
setelah 30 hari seusai kejadian kecelakaan. Laporan ini bukan merupakan
kesimpulan tentang kecelakaan. "Jadi ini adalah mengenai fakta, di
dalamnya tidak ada analisis dan kesimpulan, karena faktanya belum semuanya
terkumpul," kata dia. Sumber https://nasional.kompas.com/read/2018/11/28/12023361/knkt-lion-air-pk-lqp-alami-6-masalah-sebelum-jatuh |
TUGAS |
Untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam memahami materi ini, kerjakan
tugas berikut!
1. Carilah
minimal tiga berita utama yang mengungkap peristiwa yang sama dari media yang
berbeda!
2.
Tulislah peristiwa atau fakta yang diungkap dalam
berita-berita tersebut!
3.
Dari peristiwa dan fakta yang sudah Anda kumpulkan,
susunlah isu aktual, fenomenal, dan kontroversial!
KEGIATAN 2 |
Menyampaikan
Pendapat Disertai Argumen Pendukung
Pada
pembahasan sebelumnya Anda sudah belajar mengidentifikasi isu aktual,
fenomenal, dan kontroversial. Hal tersebut bisa menjadi dasar dalam menulis
teks editorial. Dalam teks eksposisi hal tersebut masih sebatas pernyataan umum
sehingga perlu ditambah dengan argumen-argumen pendukung, argumen tersebut
harus disertai bukti yang berupa data atau alasan yang logis.
TUGAS |
Datalah fakta-fakta
dari teks-teks berita pada tugas sebelumnya, kemudian tulislah pendapatmu
dengan disertai data atau alasan yang logis!
C. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Editorial
Setelah
mempelajari materi ini, Anda
diharapkan mampu: |
·
Menganalisis
struktur teks editorial ·
Menganalisis
kaidah kebahasaan teks editorial |
Seperti halnya teks-teks yang lainnya, teks editorial juga mempunyai
struktur. Struktur suatu teks bukan hanya sekadar urutan pembahasan akan tetapi
menjadi gambaran pola berpikir dari segi jenis teksnya. Pada pembahasan kali
ini, Anda akan mempelajari struktur teks editorial.
KEGIATAN 1 |
Analisis Struktur Teks Editorial
Teks editorial merupakan salah
satu teks eksposisi. Secara umum teks berpola pembuka, isi penutup, struktur
dari teks eksposisi adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan umum atau pengenalan isu (tesis)
Pernyataan Umum atau pengenalan
isu merupakan bagian pembuka teks editorial. Fungsi dari bagian Pernyataan Umum
adalah mengenalkan isu atau permasalahan yang akan dibahas dalam bagian
berikutnya. Isu yang diungkap dalam teks editorial harus bersifat aktual,
fenomenal dan kontroversial.
2. Argumentasi
Bagian ini merupakan bagian
pembahasan yang berisi penyampaian tanggapan redaksi terhadap isu yang diungkap
pada bagian tesis. Tanggapan tersebut bisa berupa pendapat atau opini yang
harus didukung data atau alasan yang logis.
3. Penegasan ulang
Penegasan ulang dalam teks
editorial berupa simpulan, yang bisa berisi harapan, saran atau rekomendasi
dari redaksi terhadap pihak-pihak terkait dalam menghadapi atau mengatasi
persoalan yang terjadi dalam isus tersebut.
LATIHAN |
Bacalah teks berikut, kemudian analisislah struktur teksnya, tulislah
pada tabel yang sudah disediakan!
Menyegarkan
Sikap Hadapi Bencana
https://kompas.id/baca/utama/2019/01/04/menyegarkan-sikap-hadapi-bencana/
Bagi
pengamat fenomena alam, pencatat bencana, atau wartawan spesialis alam dan
lingkungan, akhir dan awal tahun menjadi waktu yang mendebarkan. Tanpa
bermaksud meramalkan bencana, membuka kembali arsip tahun-tahun sebelumnya,
memperlihatkan bencana banyak terjadi pada periode ini. Tidak sulit untuk
memahami hal ini. Saat curah hujan tinggi, hingga banjir sering kali tidak
terhindarkan. Tanah longsor juga termasuk sering terjadi. Selain
disebabkan dahsyatnya kuasa alam, ada juga faktor manusia yang bisa kita
jadikan pijakan untuk meminimalkan dampak bencana. Tentu mengapresiasi berbagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur guna
menghadapi bencana pula. Luasnya wilayah dan kondisi keterpencilan tidak
jarang juga memberi bencana kejutan. Kejadian
longsor di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat, menambah dimensi sebab musabab bencana. Keterbatasan
lahan dan desakan kebutuhan hidup mendorong warga memanfaatkan lereng terjal
menjadi sawah. Kepepet.
Fakta itulah yang dilaporkan harian ini (Kompas,
3/1/2019). Ada keperluan mencukupi kebutuhan pangan, tetapi sulit mencari
lahan datar untuk persawahan. Warga menggunakan perbukitan. Padahal, padi
tidak cocok ditanam di lahan miring. Aktivitas ini mengundang risiko bencana. Kondisi ini
harus dikoreksi. Kita hargai prakarsa otoritas setempat untuk mencari
alternatif habitat dan aktivitas pertanian yang lebih aman. Sikap proaktif
dan antisipatif lebih diperlukan dewasa ini. Alasannya, sekarang ini kita
hidup di tengah cuaca ekstrem. Datang dan berakhirnya musim hujan boleh jadi
masih sama, dari Oktober hingga April. Namun, ekstremitas cuacanya lebih
menyeramkan. Selain
bencana yang terkait dengan musim, kita dihadapkan pada kemungkinan bencana
yang terkait dengan risiko hidup di wilayah cincin api. Gunung meletus dan
gempa bumi bisa terjadi kapan saja. Kita dituntut memiliki komitmen penuh
menghadapi segala kemungkinan bencana itu. Tekad kita
untuk menjadi bangsa pembelajar harus kita buktikan. Untuk menghadapi bahaya
tanah longsor, misalnya, mau tidak mau harus ada pendataan mengenai
pemanfaatan tanah miring dan labil. Penggundulan hutan di wilayah hulu harus
dihentikan. Warga di sana pun harus direlokasi. Untuk
menghadapi gempa dan tsunami, pemetaan wilayah rawan juga harus dilakukan.
Ahli geologi sudah mengetahui wilayah yang rawan gempa sehingga langkah
mitigatif untuk meminimalkan efek bencana merupakan hal niscaya. Seiring
dengan itu, literasi kepada masyarakat tentang ancaman bencana menjadi bagian
tak terpisahkan dari upaya mitigasi. Terakhir,
tsunami di Selat Sunda, 22 Desember, juga membuka mata bahwa fenomena alam
perlu terus menjadi mata rantai sikap waspada. Saat itu, tsunami tak dipicu
gempa, tetapi erupsi gunung berapi yang menyebabkan longsor. Itulah pekerjaan rumah
kita. Premisnya jelas, ketiadaan persiapan di depan akan memunculkan derita
di belakang. |
Tabel Struktur Teks
Editorial
Struktur Teks
Editorial |
Paragraf ke-… |
Pernyataan umum
atau pengenalan isu (tesis) |
|
Penyampaian
pendapat (argument) |
|
Penegasan
ulang |
|
KEGIATAN 2 |
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
Kaidah
kebahasaan teks editorial secara umum mengacu kepada kaidah yang terdapat dalam
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada pembahasan kali ini difokuskan
pada ciri khusus kaidah kebahasaan teks editorial. Kaidah kebahasaan teks
editorial tergolong dalam kaidah kebahasaan jurnalistik. Berikut ciri-ciri
kebahasaan jurnalistik dalam teks editorial Tiada
Lagi Etika dan Empati.
1.
Menggunakan kalimat retoris.
Kalimat retoris merupakan bentuk
majas dalam bahasa Indonesia yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak
memerlukan jawaban. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung
dalam pertanyaan tersebut
Contoh: “Di mana nurani mereka?”
(paragraf ke-6)
2.
Menggunakan kata-kata populer, kata-kata populer yang
yang dimaksud adalah kata, istilah atau apapun bentuknya harus akrab di
telinga, di mata, di benak pikiran sehingga mudah dimengerti oleh pembaca,
pemirsa.
Contoh: “Namun, kini lebih buruk lagi, tak ada lagi….” (paragraf ke-1)
“Mereka bukan hanya tidak malu mengambil uang….”(paragf. ke-5)
3.
Menggunakan kata ganti petunjuk yang merujuk pada
waktu, tempat, peristiwa atau hal lain yang menjadi fokus ulasan.
Contoh:
a.
“Korupsi di negeri ini…. (yang dimaksud negara ini adalah
negara Indonesia)”
b.
“Korban bencana itu….(yang dimaksud bencana itu adalah
bencana gempa dan tsunami)”
4.
Banyak menggunakan konjungsi kausalitas adalah
konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat seperti; sehingga, sebab,
karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, dll.
TUGAS |
Bacalah kembali teks editorial berjudul “Menyegarkan Sikap Hadapi Bencana” kemudian analisislah kaidah
kebahasaanya.
D. Merancang Teks Editorial
Setelah
mempelajari materi ini, Anda
diharapkan mampu: |
· menyusun argumen atau pendapat berdasarkan isu aktual; · menyusun saran (rekomendasi) berdasarkan isu aktual; · menulis teks editorial dengan memerhatikan struktur
dan kaidah kebahasaan |
Pada pembahasan
sebelumnya, Anda telah belajar menentukan peristiwa atau isu aktul, fenomenal
dan kontroversial. Pada pembahasan kali ini Anda akan belajar menyusun argumen atau
pendapat berdasarkan isu aktual. Dalam menyampaikan argumen atau pendapat, Anda
harus mempunyai data atau alasan yang logis berkaitan dengan isu tersebut.
KEGIATAN 1 |
Menyusun Argumen atau Pendapat Berdasarkan Isu Aktual
Bacalah teks berita
berikut untuk belajar menyusun argumen berdasarkan isu aktual!
Peringatan Dini Tak Menyala, BMKG Ungkap
Kronologi Tsunami Selat Sunda Kepala
Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Rahmat Triyono, merincikan proses terjadinya tsunami Selat Sunda yang
melanda pesisir pantai Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) malam lalu. Menurut
Rahmat, pada Jumat (21/12) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM telah mendeteksi adanya aktivitas
erupsi Gunung Anak Krakatau Lampung, dengan tinggi kolom abu teramati kurang
lebih 400 meter di atas puncak dan 738 meter di atas permukaan laut. Saat
itu, kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke
arah utara. Ketika itu, Gunung Anak Krakatau berada pada status level II atau
waspada. “Sebelumnya,
kami telah memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku tanggal
22 Desember 2018 pukul 07.00 hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB
di wilayah perairan Selat Sunda dengan ketinggian 1,5-2,5 meter,” ujar Rahmat
melalui keterangan tertulisnya pada JawaPos.com, Minggu (30/12). Kemudian,
pada Sabtu (22/12) pukul 20.56 WIB, terjadi erupsi gunung anak krakatau yang
memicu longsor lereng Gunung Anak Krakatau seluas 64 hektar. Tak lama, pada
pukul 21.03 tercatat di sensor seismograf BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ)
dan beberapa sensor di wilayah Banten serta Lampung. Namun,
sistem prosesing otomatis gempa BMKG tidak memproses secara otomatis karena
signal getaran yang tercatat bukan merupakan signal gempabumi tektonik. Sistem
peringatan dini tsunami yang dimiliki oleh BMKG saat ini hanya untuk tsunami
yang disebabkan gempa bumi tektonik, sedangkan tsunami yang melanda Selat
Sunda adalah akibat aktivitas vulkanik, sehingga saat ada aktivitas vulkanik
di Gunung Anak Kraktau, sistem peringatan dini tsunami tidak mampu memproses
secara otomatis adanya aktivitas tersebut. "Sehingga
tidak memberikan warning tsunami,” paparnya. BMKG
pun mengakui pihaknya tidak melakukan monitoring aktivitas Gunung Krakatau
dan gunung api lainnya. Hal itu disebut merupakan tugas PVMBG. Lalu
pada pukul 21.30 WIB, petugas Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG mendapat
laporan kepanikan masyarakat di wilayah Banten dan Lampung karena air laut
pasang yang tidak normal. BMKG langsung melakukan checking marigram Tide
Gauge Badan Informasi Geospasial (BIG). Dari
hasil pemeriksaan tersebut, terindikasi tercatat perubahan permukaan air laut
di beberapa wilayah seperti di Pantai Jambu, Bulakan, Cinangka, Serang
tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian air mencapai 0,9 meter. Di Pelabuhan
Ciwandan, Ciwandan, Banten tercatat pukul 21.33 WIB dengan ketinggian 0,35
meter. Di Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB dengan
ketinggian 0,36 meter. Serta di Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung
tercatat pukul 21.53 WIB dengan ketinggian 0,28 meter. “Melihat
dari hasil catatan marigran, tide gauge BIG tersebut diyakini bahwa ini
merupakan gelombang tsunami. Selanjutnya pada pukul 22.30, BMKG segera
mengeluarkan press release telah terjadi tsunami melanda Banten dan Lampung
tidak dipicu oleh gempa bumi tektonik,” tutur Rahmat. Setelah
itu, pada Sabtu (22/12), BMKG menyampaikan telah terjadi tsunami yang melanda
Banten dan Lampung dan bukan disebabkan oleh gembapumi tektonik. Selanjutnya,
pada Minggu (23/12) pukul 14.40, BMKG memastikan bahwa pusat getaran ada di
Gunung Anak Krakatau, 115,46 BT- 6.10 LS, kedalaman 1 kilometer. Getaran
tersebut setara dengan kekuatan gempa bumi 3,4 SR. https://www.jawapos.com/nasional/30/12/2018/peringatan-dini-tak-menyala-bmkg-ungkap-kronologi-tsunami-selat-sunda |
TUGAS |
1.
Berdasarkan teks berita tersebut, tentukan isu aktual
yang disajikan!
2.
Carilah data dari sumber lain mengenai isu yang
terdapat dalam berita setsebut!
3.
Hubungkan isu-isu yang Anda peroleh dan lengkapi
dengan pendapat Anda!
4.
Tuliskan sipulan dan rekomendasi dari isu yang
diungkap.
5.
Tuliskan hasil kerja anda pada tabel berikut!
Tabel Isu Aktual Teks Editorial
Isu
Aktual |
Kalimat
Opini / Argumen |
||||
Kritik |
Penilaian |
Prediksi |
Harapan |
Saran |
|
|
|
|
|
|
|
KEGIATAN 2 |
Menyusun Saran Berdasarkan Isu Aktual
Saran pada dasarnya merupakan
bagian isi dari struktur teks editorial penegasan ulang. Saran merupakan
penegasan terhadap pernyataan umum (tesis) dan argumen. Saran bisa saja
berbeda-beda meskipun isu yang ditanggapi sama. Dalam penyampaian saran harus
mempertimbangkan kepentingan penerima saran, posisi pemberi saran dan penerima
saran terkait isu yang dibahas, serta dampak dan efek bila saran tersebut
dilakukan. Saran yang baik setidaknya memenuhi dua syarat yaitu; benar-benar menjadi solusi bagi penerima
saran untuk memecahkan masalahnya dan praktis dan dapat dipraktikkan.
TUGAS |
Bacalah kembali teks berita berjudul “Peringatan Dini Tak Menyala,
BMKG Ungkap Kronologi Tsunami Selat Sunda” Kemudian kerjakan tugas berikut!
1. Berdasarkan
teks berita, apa isu aktual, fenomenal dan kontroversial dalam berita tersebut?
2. Siapa
saja pihak-pihak yang terlibat dalam isu tersebut?
3. Jelaskan
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing pihak!
4.
Berdasarkan fakta yang berkaitan dengan pihak-pihak
terkait dengan masalah tersebut, buatlah saran atau rekomendasi sebagai bagian
dari pemecahan masalah!
KEGIATAN 3 |
Menulis Teks Editorial
Setelah mengikuti rangkaian
pembelajaran sebelumnya pada dasarnya merupakan tahapan-tahapan dalam menulis
teks editorial. Dari menentukan isu aktual, fenomenal dan kontroversial
kemudian membuat argumen yang berupa kritik,, penilaian, prediksi, harapan,
sampai membuat kesimpulan yang berupa saran atau rekomendasi. Unsur-unsur
tersebut jika digabungkan akan menjadi sebuah teks editorial.
Agar lebih memahami teknik
menulis teks editorial, berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang harus Anda
lalui.
1.
Membaca dua atau lebih teks berita yang mengungkap
peristiwa yang sama dari sumber media yang berbeda.
2.
Mendata isu-isu utamanya dan rumuskan menjadi
pernyataan umum
3.
Mencari data-data pendukung atas pernyataan umum yang
sudah Anda buat, misalnya dari buku, majalah, artikel jurnal dll.
4.
Membuat argumen (berupa kritik, penilaian, prediksi,
atau harapan) atas isu-isu utama berdasarkan data-data yang diperoleh.
5.
Membuat simpulan yang berupa saran atau rekomendasi
yang memberi solusi atas isu yang berkembang.
6.
Menyusun teks editorial sesuai struktur teks
(pernyataan umum/tesis-argumentasi-penegasan ulang)
7.
Menyunting teks editorial sesuai ejaan dan kaidah
kebahasaan.
Setelah selesai
menyunting berarti teks editorial siap untuk dipublikasikan. Tukarkan pekejaan
Anda dengan teman sebangku. Evaluasilah teks editorial tersebut menggunakan
rubrik berikut.
Tabel evaluasi teks editorial
No. |
Aspek yang dinilai |
Penilaian |
|
Ya |
Tidak |
||
1 |
Judul menggambarkan isi |
|
|
2 |
Struktur teks
editorial lengkap (tesis, argumen dan penegasan) |
|
|
3 |
Isu aktual
tepat sesuai dengan isi berita |
|
|
4 |
Argument-argumen
memadai |
|
|
5 |
Argument
disertai dengan fakta pendukung atau alasan yang logis, saran/rekomendasi
yang diberikan bisa menjadi solusi dan praktis |
|
|
Berdasarkan penilaian
yang diberikan teman, revisilah karya Anda sehingga menjadi teks editorial yang
lebih sempurna dan layak untuk dipublikasikan.
RANGKUMAN |
1.
Editorial adalah adalah
artikel yang (umumnya) ditulis oleh pimpinan redaksi atau redaktur dari media massa yang merupakan
pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa paling aktual, fenomenal, controversial.
2.
Isi teks oditorial berupa peristiwa
faktual dan opini redaksi sebagai tanggapan dari peristiwa atau hal yang diungkap.
3.
Opini redaksi dalam teks editorial bisa berupa
kritik, penilaian, prediksi, harapan dan saran.
4.
Struktur teks editorial adalah
pernyataan umum, argumentasi, dan penegasan ulang.
5.
Ciri kebahasaan teks editorial adalah: menggunakan
kalimat retoris; menggunakan kata-kata popular; menggunakan kata ganti petunjuk
yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lainnya yang menjadifokus
ulasan; menggunakan konjungsi kausalitas.