Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama
tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati
oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian
berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada
tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Perbedaan-perbedaan
antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
·
'tj'
menjadi 'c' : tjutji → cuci
·
'dj'
menjadi 'j' : djarak → jarak
·
'oe'
menjadi 'u' : oemoem -> umum
·
'j'
menjadi 'y' : sajang → sayang
·
'nj'
menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
·
'sj'
menjadi 'sy' : sjarat → syarat
·
'ch'
menjadi 'kh' : achir → akhir
·
awalan
'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh
"di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Setelah
itu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja
ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan
diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991. Di bawah ini adalah Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua tersebut
I.
Pemakaian Huruf
- Huruf Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Aa
|
a
|
J
j
|
je
|
S
s
|
es
|
Bb
|
be
|
K
k
|
ka
|
T
t
|
te
|
Cc
|
ce
|
L
l
|
el
|
U
u
|
u
|
- Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan
vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Contoh
Pemakaian dalam Kata
Huruf Vokal
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
a
|
api
|
padi
|
lusa
|
e*
|
enak
emas
|
petak
kena
|
sore
tipe
|
i
|
itu
|
simpan
|
murni
|
o
|
oleh
|
kota
|
radio
|
u
|
ulang
|
bumi
|
ibu
|
* Dalam pengajaran
lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.Misalnya:
·
Anak-anak
bermain di teras (téras).
·
Upacara
itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
·
Kami
menonton film seri (séri).
·
Pertandingan
itu berakhir seri.
- Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan
konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Contoh
Pemakaian dalam Kata
Huruf Konsonan
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
b
|
bahasa
|
sebut
|
adab
|
c
|
cakap
|
kaca
|
-
|
d
|
dua
|
ada
|
abad
|
* Huruf k di sini
melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x
digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
- Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh
Pemakaian dalam Kata
Huruf Konsonan
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
Ai
|
Ain
|
Syaitan
|
Pandai
|
Au
|
aula
|
Saudara
|
Harimau
|
Oi
|
-
|
boikot
|
amboi
|
- Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh,
ng, ny, dan sy.
Huruf Konsonan
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
Kh
|
Khusus
|
Akhir
|
Tarikh
|
Ng
|
Ngilu
|
Bangun
|
Senang
|
Ny
|
Nyata
|
Hanyut
|
-
|
sy
|
syarat
|
isyarat
|
arasy
|
- Pemenggalan Kata
1.
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada
vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf
vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au,
dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di
antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b.
Jika
di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya: ba-pak,
ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c.
Jika
di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d.
Jika
di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya: in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
Misalnya: in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
2.
Imbuhan
akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata
turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak
dipenggal. (Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang
berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya:
te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3.
Jika
suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan
(1) di antara
unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan
itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
·
bio-grafi,
bi-o-gra-fi
·
foto-grafi,
fo-to-gra-fi
·
intro-speksi,
in-tro-spek-si
·
kilo-gram,
ki-lo-gram
·
kilo-meter,
ki-lo-me-ter
·
pasca-panen,
pas-ca-pa-nen
Keterangan: Nama orang,
badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
II.
Pemakaian Huruf Kapital
dan Huruf Miring
- Huruf Kapital atau Huruf Besar
1.
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Misalnya:
·
Dia
mengantuk.
·
Apa
maksudnya?
·
Kita
harus bekerja keras.
·
Pekerjaan
itu belum selesai.
2.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
·
Adik
bertanya, "Kapan kita pulang?"
·
Bapak
menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
·
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
·
"Besok
pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".
3.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
·
Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
·
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
·
Mahaputra
Yamin
·
Sultan
Hasanuddin
·
Haji
Agus Salim
·
Imam
Syafii
·
Nabi
Ibrahim
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
·
Dia
baru saja diangkat menjadi sultan.
·
Tahun
ini ia pergi naik haji.
5.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
·
Wakil
Presiden Adam Malik
·
Perdana
Menteri Nehru
·
Profesor
Supomo
·
Laksamana
Muda Udara Husen Sastranegara
·
Sekretaris
Jenderal Departemen Pertanian
·
Gubernur
Irian Jaya
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, atau nama tempat.
Misalnya:
·
Siapa
gubernur yang baru dilantik itu?
·
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Misalnya:
·
Amir
Hamzah
·
Dewi
Sartika
·
Wage
Rudolf Supratman
·
Halim
Perdanakusumah
·
Ampere
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis
atau satuan ukuran.
Misalnya:
·
mesin
diesel
·
10
volt
·
5
ampere
7.
Huruf
kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
·
bangsa
Indonesia
·
suku
Sunda
·
bahasa
Inggris
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
·
mengindonesiakan
kata asing
·
keinggris-inggrisan
8.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Misalnya:
·
bulan
Agustus hari Natal
·
bulan
Maulid Perang Candu
·
hari
Galungan tahun Hijriah
·
hari
Jumat tarikh Masehi
·
hari
Lebaran
·
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama. Misalnya:
·
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
·
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
·
Asia
Tenggara Kali Brantas
·
Banyuwangi
Lembah Baliem
·
Bukit
Barisan Ngarai Sianok
·
Cirebon
Pegunungan Jayawijaya
·
Danau
Toba Selat Lombok
·
Daratan
Tinggi Dieng Tanjung Harapan
·
Gunung
Semeru Teluk Benggala
·
Jalan
Diponegoro Terusan Suez
·
Jazirah
Arab
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri.
Misalnya:
·
berlayar
ke teluk
·
mandi
di kali
·
menyeberangi
selat
·
pergi
ke arah tenggara
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
·
garam
inggris
·
gula
jawa
·
kacang
bogor
·
pisang
ambon
10. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Misalnya:
·
Republik
Indonesia
·
Majelis
Permusyawaratan Rakyat
·
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
·
Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak
·
Keputusan
Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Misalnya:
·
menjadi
sebuah republik
·
beberapa
badan hukum
·
kerja
sama antara pemerintah dan rakyat
·
menurut
undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
·
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
·
Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial
·
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
·
Rancangan
Undang-Undang Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
·
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
·
Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
·
Dia
adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
·
Ia
menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
·
Dr.
Doktor
·
M.A.
master of arts
·
S.H.
sarjana hukum
·
S.S.
sarjana sastra
·
Prof.
Profesor
·
Tn.
Tuan
·
Ny.
Nyonya
·
Sdr.
Saudara
14. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
·
"Kapan
Bapak berangkat?" tanya Harto.
·
Adik
bertanya, "Itu apa, Bu?"
·
Surat
Saudara sudah saya terima.
·
"Silakan
duduk, Dik!" kata Ucok.
·
Besok
Paman akan datang.
·
Mereka
pergi ke rumah Pak Camat.
·
Para
ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
·
Kita
harus menghormati bapak dan ibu kita.
·
Semua
kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
·
Sudahkah
Anda tahu?
·
Surat
Anda telah kami terima.
- Huruf Miring
1.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
·
majalah
Bahasa dan Kesusastraan
·
buku
Negarakertagama karangan Prapanca
·
surat
kabar Suara Karya
2.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
·
Huruf
pertama kata abad ialah a.
·
ia
bukan menipu, tetapi ditipu.
·
Bab
ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
·
Buatlah
kalimat dengan berlepas tangan.
3.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
·
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
·
Politik
divide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
·
Weltanschauung antara lain
diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau
kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
III.
Penulisan Kata
- Kata Dasar
Kata yang berupa kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
·
Ibu
percaya bahwa engkau tahu.
·
Kantor
pajak penuh sesak.
·
Buku
itu sangat tebal.
- Kata Turunan
1.
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
·
bergeletar
·
dikelola
·
penetapan
·
menengok
·
mempermainkan
2.
Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalnya:
·
bertepuk
tangan
·
garis
bawahi
·
menganak
sungai
·
sebar
luaskan
3.
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalnya:
·
menggarisbawahi
·
menyebarluaskan
·
dilipatgandakan
·
penghancurleburan
4.
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Misalnya:
·
adipati
·
aerodinamika
·
antarkota
·
anumerta
·
audiogram
·
awahama
·
bikarbonat
·
biokimia
·
caturtunggal
·
dasawarsa
·
dekameter
·
demoralisasi
·
dwiwarna
·
ekawarna
·
ekstrakurikuler
·
elektroteknik
·
infrastruktur
·
inkonvensional
·
introspeksi
·
kolonialisme
·
kosponsor
·
mahasiswa
·
mancanegara
·
multilateral
·
narapidana
·
nonkolaborasi
·
Pancasila
·
panteisme
·
paripurna
·
poligami
·
pramuniaga
·
prasangka
·
purnawirawan
·
reinkarnasi
·
saptakrida
·
semiprofesional
·
subseksi
·
swadaya
·
telepon
·
transmigrasi
·
tritunggal
·
ultramodern
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat
diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
·
non-Indonesia
·
pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai
unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan
itu ditulis terpisah.
Misalnya: Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih.
- Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis
secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:
anak-anak, buku-buku,
kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu,
kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir,
ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang,
berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiput.
- Gabungan Kata
1.
Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing
hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear,
orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2.
Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami,
watt-jam, orang-tua muda
3.
Gabungan
kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya,
akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa,
dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa,
kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal,
paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan,
saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita,
sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
- Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh
kauambil.
Bukuku, bukumu, dan
bukunya tersimpan di perpustakaan.
- Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat
juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
·
Kain
itu terletak di dalam lemari.
·
Bermalam
sajalah di sini.
·
Di
mana Siti sekarang?
·
Mereka
ada di rumah.
·
Ia
ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
·
Ke
mana saja ia selama ini?
·
Kita
perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
·
Mari
kita berangkat ke pasar.
·
Saya
pergi ke sana-sini mencarinya.
·
Ia
datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak
miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya
kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang
tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11
Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam
kenduri itu.
- Kata si dan sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan
kembali kepada si pengirim.
- Partikel
1.
Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
·
Bacalah
buku itu baik-baik.
·
Jakarta
adalah ibu kota Republik Indonesia.
·
Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
·
Siapakah
gerangan dia?
·
Apatah
gunanya bersedih hati?
2.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
·
Apa
pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
·
Hendak
pulang pun sudah tak ada kendaraan.
·
Jangan
dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
·
Jika
ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim
dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis
serangkai. Misalnya:
·
Adapun
sebab-sebabnya belum diketahui.
·
Bagaimanapun
juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
·
Baik
para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
·
Sekalipun
belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
·
Walaupun
miskin, ia selalu gembira.
3.
Partikel
per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
·
Pegawai
negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
·
Mereka
masuk ke dalam ruangan satu per satu.
·
Harga
kain itu Rp 2.000 per helai.
- Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
·
A.S.
Kramawijaya
·
Muh.
Yamin
·
Suman
Hs.
·
Sukanto
S.A.
·
M.B.A.
master of business administration
·
M.Sc.
master of science
·
S.E.
sarjana ekonomi
·
S.Kar.
sarjana karawitan
·
S.K.M.
sarjana kesehatan masyarakat
·
Bpk.
Bapak
·
Sdr.
Saudara
·
Kol.
Kolonel
b.
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
·
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
·
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
·
GBHN
Garis-Garis Besar Haluan Negara
·
SMTP
Sekolah Menengah Tingkat Pertama
·
PT
Perseroan Terbatas
·
KTP
Kartu Tanda Penduduk
c.
Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
·
dll.
dan lain-lain
·
dsb.
dan sebagainya
·
dst.
dan seterusnya
·
hlm.
Halaman
·
sda.
sama dengan atas
·
Yth.
(Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
·
a.n.
atas nama
·
d.a.
dengan alamat
·
u.b.
untuk beliau
·
u.p.
untuk perhatian
·
s.d.
sampai dengan
d.
Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
·
Cu
kuprum
·
TNT
trinitrotoluen
·
cm
sentimeter
·
kVA
kilovolt-ampere
·
l
liter
·
kg
kilogram
·
Rp
(5.000,00) (lima ribu) rupiah
2.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
·
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
·
LAN
Lembaga Administrasi Negara
·
PASI
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
·
IKIP
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
·
SIM
Surat Izin Mengemudi
b.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
·
Akabri
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
·
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
·
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
·
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
·
Sespa
Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c.
Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
Misalnya:
·
pemilu
pemilihan umum
·
radar
radio detecting and ranging
·
rapim
rapat pimpinan
·
rudal
peluru kendali
·
tilang
bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk
akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
Ø Jumlah suku kata
akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
Ø Akronim dibentuk dengan
mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata
Indonesia yang lazim.
- Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000) Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang
berikut ini.
2.
Angka
digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang,
berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
·
0,5
sentimeter
·
5
kilogram
·
4
meter persegi
·
10
liter 1 jam 20 menit
·
pukul
15.00
·
tahun
1928
·
17
Agustus 1945 Rp5.000,00
·
US$3.50*
·
$5.10*
·
¥100
·
rupiah
50 dolar Amerika
·
10
paun Inggris
·
100
yen
·
10
persen
·
27
orang
* tanda titik di sini
merupakan tanda desimal.
3.
Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat. Misalnya:
·
Jalan
Tanah Abang I No. 15
·
Hotel
Indonesia, Kamar 169
4.
Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
·
Bab
X, Pasal 5, halaman 252
·
Surah
Yasin: 9
5.
Penulisan
lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a.
Bilangan
utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
12
22
222
b.
Bilangan
pecahan
Misalnya:
Setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh ½
¾
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6.
Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
·
Paku
Buwono X
·
pada
awal abad XX
·
dalam
kehidupan pada abad ke-20 ini
·
lihat
Bab II, Pasal 5
·
dalam
bab ke-2 buku itu • di daerah tingkat II itu
·
di
tingkat kedua gedung itu
·
di
tingkat ke-2 itu
·
kantornya
di tingkat II itu
7.
Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8.
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
·
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
·
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam.
·
Di
antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang
·
emberikan
suara blangko.
·
Kendaraan
yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo.
9.
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
·
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
·
Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
·
15
orang tewas dalam kecelakaan itu.
·
Dua
ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan
bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
·
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
·
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
·
Kantor
kami mempunya dua puluh orang pegawai.
·
DI
lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
·
Kantor
kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
·
Di
lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
·
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
·
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
IV.
Penulisan Huruf Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan
taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar.
1.
Pertama,
unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing.
2.
Kedua,
unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
Kaidah ejaan Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa
(Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae
tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics
aerodinamika
ae,
jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai
tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au
tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c
di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c
di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
cc
di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc di muka e dan i
menjadi ks
accent aksen
accessoryv aksesori
vaccine vaksin
cch
dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik
ch
yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
ch
yang lafalnya c menjadi c
check cek
China Cina
ç
(Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
ea
tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee
(Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei
tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo
tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu
tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f
tetap f
fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil
gh
menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
i
pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus iambus
ion ion
iota iota
ie
(Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek politik
riem rim
ie
tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
kh
(Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng
tetap ng
contingent kontingen
congress kongres
linguistics linguistik
oe
(oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enologi
foetus fetus
oo
(Belanda) menjadi o
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
oo
(vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou
menjadi u jika lafalnya u
gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur
ph
menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps
tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychosomatic
psikosomatik
pt
tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q
menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
rh
menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc
di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scotapia skotapia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc
di muka e, i, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch
di muka vokal menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism
skolastisisme
t
di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
action aksi
patient pasien
th
menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode metode
u
tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut
ua
tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue
tetap ue
suede sued
duet duet
ui
tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo
tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu
menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v
tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri
x
pada awal kata tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x
pada posisi lain menjadi ks
executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks
xc
di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
excision excitation
eksisi eksitasi
xc
di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y
tetap y jika lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y
menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z
tetap z
zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
Konsonan
ganda
Konsonan
ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Gabbro gabro
Accu aki
Effect efek
Commision komisi
Ferrum ferum
solfeggio solfegio
tetapi:
mass massa
Catatan
1)
Unsur
pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.
Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.
2)
Sekalipun
dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di
atas.
Kedua huruf itu
digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan
istilah khusus.
Akhiran asing
Di samping pegangan
untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga
akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu
diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti
standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar, efek, dan implemen.
-aat
(Belanda) menjadi –at
advokaat advokat
-age menjadi –ase
Percentage persentase
etalage etalase
-al,
-eel (Belanda) menjadi –al
structural, structureel
struktural
formal, formeel formal
normal, normaal normal
-ant
menjadi -an
Accountant akuntan
informant informan
-ary,
-air (Belanda) menjadi –er
complementary,
complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair
sekunder
-(a)tion,
-(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie aksi
publication, publicatie
publikasi
-eel
(Belanda) menjadi –el
Ideëel ideel
Materieel materiel
moreel morel
-ein
tetap –ein
Casein kasein
protein protein
-ic,
-ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik
-ic,
-isch (adjektiva Belanda) menjadi –ik
electronic,
electronisch elektronik
mechanic, mechanisch mekanik
ballistic, ballistisch
balistik
-ical,
-isch (Belanda) menjadi –is
economical, economisch
ekonomis
practical, practisch praktis
logical, logisch logis
-ile,
iel menjadi –il
percentile, percentiel
mobile, mobiel
-ism, -isme (Belanda)
menjadi –isme
modernism, modernisme modernisme
communism, communisme
komunisme
-ist
menjadi –is
Publicist publisis
egoist egois
-ive,
-ief (Belanda) menjadi –if
descriptive,
descriptief deskriptif
demonstrative,
demonstratief demonstratif
-logue
menjadi –log
Catalogue katalog
dialogue dialog
-logy,
-logie (Belanda) menjadi –logi
technology, technologie
teknologi
physiology, physiologie
fisiologi
analogy, analogie
analogi
-loog
(Belanda) menjadi –log
Analoog analog
epiloog epilog
-oid,
-oide (Belanda) menjadi –oid
hominoid, hominoide hominoid
anthropoid, anthropoide
anthropoid
-oir(e)
menjadi –oar
Trottoir trotoar
repertoire repertoar
-or,
-eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directeur direktur
inspector, inspecteur inspektur
amateur amatir
formateur formatur
-or
tetap –or
Dictator diktator
corrector korektor
-ty,
-teit (Belanda) menjadi –tas
university,
universiteit universitas
quality, qualiteit
kualitas
-ure,
-uur (Belanda) menjadi –ur
structure, struktuur struktur
premature, prematuur
prematur
V.
Pemakaian Tanda Baca
A.
Tanda
Titik (.)
1.
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
·
Ayahku
tinggal di Solo.
·
Biarlah
mereka duduk di sana.
·
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
·
Hari
ini tanggal 6 April 1973.
·
Marilah
kita mengheningkan cipta.
·
Sudilah
kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2.
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen
Dalam Negri
A. Direktorat Jendral
Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral
Agraria
1.
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35
menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit,
30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.
Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
·
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
·
Gempa
yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Tanda titik tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun
1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan
seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7.
Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam
Malik
Bentuk dan Kedaulatan
(Bab I UUD'45)
Salah Asuhan
8. Tanda titik tidak
dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan
tanggal surat atau
(2) nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa
titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan
(tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa
titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan
Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa
titik)
Jakarta (tanpa titik)
B.
Tanda
Koma (,)
1.
Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Misalnya:
·
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
·
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
·
Satu,
dua, ... tiga!
2.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
• Saya ingin datang,
tetapi hari hujan.
• Didi bukan anak saya,
melainkan anak Pak Kasim.
3.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
• Kalau hari hujan,
saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa
akan janjinya.
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
• Saya tidak akan
datang kalau hari hujan.
• Dia lupa akan
janjinya karena sibuk.
• Dia tahu bahwa soal
itu penting.
4.
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
• ... Oleh karena itu,
kita harus berhati-hati.
• ... Jadi, soalnya
tidak semudah itu.
5.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
• O, begitu?
• Wah, bukan main!
• Hati-hati, ya, nanti
jatuh.
6.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
• Kata Ibu, "Saya
gembira sekali."
• "Saya gembira
sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."
7.
Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
• Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya
Salemba 6, Jakarta.
• Sdr. Abdullah, Jalan
Pisang Batu 1, Bogor
• Surabaya, 10 mei 1960
• Kuala Lumpur,
Malaysia
8.
Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan
Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka
Rakjat.
9.
Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta,
Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm.
4.
10. Tanda koma dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai di
muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
12. Tanda koma dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya
• Guru saya, Pak Ahmad,
pandai sekali.
• Di daerah kami,
misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
• Semua siswa, baik
yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan
keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13. Tanda koma dapat
dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus,
Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan
terima kasih atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara
tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri
lurus-lurus!" perintahnya.
C.
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus
tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
D.
Tanda
Titik Dua (:)
1.
Tanda
titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
• Kita sekarang
memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
• Hanya ada dua pilihan
bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b. Tanda titik dua
tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan
Misalnya:
• Kita memerlukan
kursi, meja, dan lemari.
• Fakultas itu
mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2.
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua: Ahmad Wijaya
Sekretaris :B. Hartawan
Bendahara : S.
Handayani
3.
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan
beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir : "Baik,
Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : "Jangan
lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
4.
Tanda
titik dua dipakai:
(i)
di
antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii)
di
antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii)
di
antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv)
nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim,
Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo,
Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
E.
Tanda
Hubung (–)
1.
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara
lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....
ga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....
2. Tanda hubung menyambung
awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di
depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh
dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
• ber-evolusi
• dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
• tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
• be-revolusi
• dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
• tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
• ber-evolusi
• dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
• tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
• be-revolusi
• dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
• tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7. Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di
antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
Misalnya:
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Misalnya:
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
• Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
Misalnya:
• Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
• Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Misalnya:
• Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai
pada akhir tanya.
Misalnya:
• Kapan ia berangkat?
• Saudara tahu, bukan?
Misalnya:
• Kapan ia berangkat?
• Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
• Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
• Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
Misalnya:
• Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
• Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
• Alangkah seramnya peristiwa itu!
• Bersihkan kamar itu sekarang juga!
• Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
• Merdeka!
Misalnya:
• Alangkah seramnya peristiwa itu!
• Bersihkan kamar itu sekarang juga!
• Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
• Merdeka!
J. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
Misalnya:
• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
• Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
Misalnya:
• Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
Misalnya:
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Misalnya:
• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku
([...])
1. Tanda kurung siku
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Misalnya:
• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
• Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
Misalnya:
• Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik
("...")
1. Tanda petik mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Misalnya:
• "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
Misalnya:
• "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit
judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Misalnya:
• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Misalnya:
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
• Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Misalnya:
• Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup
kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Misalnya:
• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal
('...')
1. Tanda petik tunggal
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
• Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
• "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
Misalnya:
• Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
• "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal
mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat
pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
• feed-back 'balikan'
Misalnya:
• feed-back 'balikan'
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring
dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)
O. Tanda Penyingkat
(Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)